ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Sastra
KELOMPOK 1
1. ADE TATANG
2. EMMIE APRIANI
3. IMA SITI NURMA SUMAH
4. IMAM BUDIYANSYAH
5. KURNIAWAN
6. RENDRA MUSTAFA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
Jalan R. E Martadinata nomor 150 Tlp/fax (0265)776787
KATA PENGANTAR
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
Segala puji hanya miliki Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat sehingga diantara nikmat-Nya tersebut penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Sastra.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Siti Khatidjah sebagai Dosen Sejarah Sastra yang telah memberikan bimbingannya
2. Drs. Teti Gumiarti, M.Pd.,selaku Dosen Wali yang selalu memberikan semangat untuk menuntut ilmu
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan moril maupun materi sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan wawasan dan waktu. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Ciamis, Maret
Penulis
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.4 Sistematika Penulisan..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1 Angkatan Balai Pustaka................................................................. 3
2.2 Ciri-Ciri Angkatan Balai Pustaka................................................... 5
2.3 Tokoh dan Karya Angkatan Balai Pustaka................................... 6
2.4 Resensi Novel Sitti Nurbaya ......................................................... 7
BAB III SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 11
3.1 Simpulan......................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
1.1 Latar Belakang
Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun,
gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk
dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis
(liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa
Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalam
bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai
Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila
dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa
novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera",
dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Jadi dengan adanya hal tersebut layaklah kita sebagai rakyat Indonesia
mengetahui apa sebenarnya yang disebut dengan angkatan Balai Pustaka.
1.2 Tujuan Penulisan
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra.
2.Untuk menganalisis
angkatan sastra Balai Pustaka.
1.3 Rumusan Masalah
1.Pengertian angkatan
sasatra Balai Pustaka
2.Tokoh angkatan sastra
Balai Pustaka
3. Resensi novel Sitti
Nurbaya
1.4 Sistematika Penulisan
·
BAB
I Pendahuluan
Bab ini merupakan alasan
dan tujuan pembuatan makalah yang berjudul “Angkatan Sastra Balai Pustaka”.
·
BAB
II Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang
apa sebenarnya angkatan sastra Balai pustaka itu dan resensi novel Sitti
Nurbaya.
·
BAB
III Simpulan dan Saran
Bab ini memaparkan
simpulan dari isi makalah dan berbagai saran dari pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
2.1 Angkatan Balai Pustaka
Balai Pustaka (Ejaan Van Ophuijsen Balai
Poestaka, bahasa Jawa ejaan lama Balé Poestaka) adalah sebuah
perusahaan penerbitan Indonesia.
Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Volkslectuur (bahasa
Belanda "Komisi untuk Bacaan Rakyat") oleh pemerintah Hindia-Belanda
pada tanggal 14 september1908. Commissie voor de Volkslectuur kemudian
berubah menjadi "Balai Poestaka" pada 22 September 1917. Balai
Pustaka menerbitkan sekitar 350 judul buku per tahun yang meliputi kamus,
referensi, buku keterampilan, sastra, sosial, politik, agama, ekonomi, dan
penyuluhan. Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Balai Pustaka tetap eksis
namun menggunakan nama lain, yaitu Gunseikanbu Kokumin Tosyokyoku (軍政監部国民図書局 ?). Nama ini artinya kurang lebih adalah "Biro Pustaka Rakyat,
Pemerintah Militer Jepang" dan merupakan terjemahan dari nama Belanda Commissie
voor de Volkslectuur.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa(roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun,
gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk
dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis
(liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi,
bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalambahasa Bali, bahasa batak dan bahasa Madura.
Nur sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai
Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila
dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa
novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel
Sumatera", dengan Minamgkabau sebagai titik pusatnya.
Tujuan didirikannya Balai Pustaka juga untuk mengembangkan bahasa
bahasa daerah utama di Hindia-Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa Jawa,
bahasa Sunda, bahasa Melayu dan bahasa Madura. Ada
visi alternatif yang menyebutkan bahwa pendiriannya kala itu konon untuk
mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa Indonesia yang hanya bisa
disalurkan lewat karya-karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda
bermunculan di koran-koran daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan
ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan utama untuk meredam dan mengalihkan
gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan menyalurkan nya
secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda
di Indonesia. Tujuan lain yang dilakukan oleh Komisi Bacaan Rakyat (KBR) yaitu
menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini juga bertujuan agar
rakyat Indonesia
buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.
Tidak semua usaha yang dilakukan oleh (BKR) negatif. usaha usaha
yang positif antara lain: mengadakan perpustakaan di tiap-tiap sekolah,
mengadakan peminjaman buku-buku dengan tarif murah secara teratur, memberikan
bantuan kepada usaha-usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan,
menerbitkan majalah-majalah Sari Pustaka dan Panji Pustaka dalam bahasa Melayu
Kejawen dalam bahasa Jawa, dan majalah Parahiangan dalam bahasa Sunda.
Langkah maju yang dilakukan KBR, yang telah berhasil sebagai
pencetak, penerbit, dan penjual majalah, adalah mengubah KBR menjadi Yayasan
Resmi Balai Pustaka pada tahun 1917.
Salah satu novel dalam bahasa Melayu terbitan Balai Pustaka kala itu
yang ternama berjudul Siti Noerbaja karangan Marah Roesli, seorang penulis
dari Minangkabau.Di era itu juga menjadi penanda penyebaran sastra Jawa Modern.
Jumlah buku berbahasa Jawa lebih banyak dibandingkan yang berbahasa Melayu.
Dari penelusuran George Quinn, pada katalog Balai Pustaka di 1920, ada 40 buku berbahasa
Madura, 80 judul berbahasa Melayu, hampir 100 buku berbahasa Sunda, dan hampir
200 berbahasa Jawa. Di tahun ini pula lahir novel Serat Rijanto karangan
Raden Bagoes Soelardi yang menjadi tonggak sastra Jawa modern.
2.2 Ciri-Ciri Angkatan
Balai Pustaka
Terdapat beberapa karakteristik dalam karya sastra angkatan Balai
Pustaka yang dipisahkan dalam dua sudut pandang, yaitu;
Dilihat dalam stuktur estetik:
1.
Gayya bahasa menggunakan
perumpamaan klise, pepatah, dan peribahasa.
2.
Alur roman sebagian besar alur
lurus, tetapi ada juga yang menggunakan alur sorot balik.
3.
Teknik penokohan dan
perwatakannya banyak dipergunakan analisis langsung (direct authot analisis)
dan descripsi pisik, tokohnya berwatak datar.
4.
Pusat pengisahannya pada
umumnya mempergunakan metode orang ketiga yang bersifat romantic ironic.
5.
Banyak digresi yaitu banyak
sisipan peristiwa yang tidak langsung seperti uraian adat, dongeng dan syair.
6.
Bersifat didaktis, sifat ini
berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya.
7.
Bercorak romantic.
Dilihat dari ekstra estetik:
1.
Bermasalah adat, terutama
masalah adat kawin paksa dan permaduan.
2.
Pertentangan paham antara kaum
tua dan kaum muda.
3.
Latar cerita pada umumnya,
latar daerah, pedesaan, dan kehidupan daerah.
4.
Cerita bermain di zaman
sekarang bukan ditempat dan zaman antah berantah.
5.
Cita-cita kebangsaan belum
dipermasalahkan.
2.3 Tokoh dan Karya Angkatan Balai Pustaka
Terdapat beberapa sastrawan yang tergolongkan dalan sasatrawan
angakatan Balai Pustaka, yaitu:
·
Azab dan Sengsara(1920)
·
Binasa kerna Gadis Priangan(1931)
·
Cinta dan Hawa Nafsu
·
Siti Nurbaya(1922)
·
La Hami (1924)
·
Anak dan Kemenakan(1956)
·
Tanah Air(1922)
·
Indonesia,
Tumpah Darahku (1928)
·
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
·
Ken
Arok dan Ken Dedes (1934)
- Nur Sutan Iskandar
- Apa Dayaku karena Aku Seorang
Perempuan (1923)
·
Cinta yang Membawa Maut(1926)
·
Salah Pilih(1928)
·
Karena Mentua(1932)
·
Tuba Dibalas dengan Susu(1933)
·
Hulubalang Raja (1934)
·
Katak Hendak Menjadi Lembu
(1935)
·
Tak Disangka(1923)
·
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
·
Tak Membalas Guna(1932)
·
Memutuskan Pertalian(1932)
·
Darah Muda (1927)
·
Asmara Jaya(1928)
·
Pertemuan(1927)
·
Salah Asuhan (1928)
·
Pertemuan Djodoh(1933)
·
Menebus Dosa(1932)
·
Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
·
Sampaikan Salamku Kepadanya
(1935)
2.4 Resensi Novel Sitti
Nurbaya
2.4.1 Identitas Buku.
Buku ini
diterbitkan pada tahun 1922 oleh balai pustaka. Buku yang berjudul Sitti
Nurbaya ini berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman diantara roman-roman
lain yang dianggap sebagai puncak roman di dalam sastra Indonesia modern. Penilaian
itu tidak didasarkan pada temanya, tetapi berdasarkan pada pemakaian bahasa
melayu. Oleh karena itu, orang melayu lebih mudah membaca dan segera mengerti
isinya. Karena terkenalnya, sampai-sampai zaman itu dinamai zaman Si ti
Nurbaya.Pada masa itu di anggap sebagai hak-hak asasi manusia.
2.4.2 Unsur Intrinsik
Novel
Unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel Sitti Nurbaya karangan Marah Roesli, yaitu:
·
Pelaku
utama dalam novel Siti Nurbaya adalah Siti Nurbaya, Samsulbahri ,dan Datuk
Maringgih.
·
Novel
ini bertemakan Sosial, moral, dan egois.
·
Alurnya
bersifat alur maju.
·
Seting
pada novel ini adalah di kota Padang.
·
Amanat
yang terkandung dari novel ini adalah supaya kita tidak terlalu dikuasai oleh
perasaan dengan tidak menggunakan akal pikiran sehat karena akan mengakibatkan
hilangnya kepribadian yang ada pada diri kita.
2.4.3 Sinopsis Novel
Siti
Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik dari penderitaan
hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup
bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat di sayanginya. Ayahnya adalah
seorang pedagang yang sangat terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya
merupakan uang pinjaman dari seirang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Pada
mulanya usaha perdagangan baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu
tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih, maka untuk
melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar
semua kios milik baginda Sulaiman, dia jatuh miskin dan tak mampu lagi membayar
semua hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih dan inilah saat yang
dinanti-nantikannya, Datuk Maringgih mendesak baginda Sulaiman yang sudah tidak
berdaya untuk melunasi semua hutang-hutangnya.Boleh hutang itu di anggap lunas,
asalkan baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, putrinya kepada Datuk
Maringgih.
Menghadapi
kenyataan seperti itu, baginda Suliaman yang sudah tidak sanggup lagi membayar
hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain, selain uang yang ditawarkan oleh
Datuk Maringgih.
Siti
Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia
harus menikah dengan Datuk maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seperti
kulit katak. Lebih sedih lagi ketika dia ingat Samsulbahri kekasihnya yang
sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan
dan kebahagiaan ayahanda dia mau mengorbankan dirinya dengan menerima pinangan
Datuk Maringgih.
Samsulbahri
yang berada di Jakarta mengetahui peristiwa yang telah terjadi di desanya, terlebih
karena siti nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan nasib yang dialami
keluarganya.
Pada
suatu hari ketika samsulbahri dalam liburan kembali ke padang ia dapat bertemu
empat mata dengan siti nurbaya yang telah resmi menjadi istri datuk maringgih. Pertemuan
itu diketahui oleh datuk maringgih sengga terjadi keributan, teriakan siti
nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras.Baginda
sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan
nafas terakhir.
Mendengar
itu, ayah samsulbahri yaitu sultan mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota
padang, malu atas perbuatan anaknya sehingga samsulbahri harus pulang ke
jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali kepada keluarganya di padang. Datuk
maringgih juga tidak tinggal diam, karena siti nurbaya di usirnya.
Siti
nurbaya mendengar bahwa kekasihnya di usir orangtuanya, timbul niatnya untuk
menyusul samsulbahri ke Jakarta, tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tangan
datuk maringgih, karena itu dengan siasat dan fitnahnya, datuk maringgih dan kaki
tangannya dapat memaksa siti nurbaya kembali dengan perantaraan polisi. Tak
lama kemudian siti nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang
diberikan kaki tangan datuk maringgih. Kematian siti nurbaya terdengar oleh
samsul bahri, sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan
tetapi mujurlah karena ia tidak meninggal ,sejak saat itu samsulbahri tidak
meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh
tahun kemudian, dikisahkan sering terjadi huru-hara di kota padang akibat ulah
datuk maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat letnan
telah dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya
menjadi Letnan Mas, segera menyerbu kota padang. Ketika bertemu dengan datuk
maringgih dalam satu keributan, tanpa berfikir panjang samsulbahri langsung
menembaknya.Datuk maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat
membacok kepala samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri
alias letnan mas segera dilarikan ke rumah sakit, pada saat menjelang ajalnya
ia meminta dipertemukan dengan ayahnya. Akan tetapi ajal lebih dahulu merenggut
sebelum samsulbahri bertemu dengan orang tuanya.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
3.1 Simpulan
Dari
bahasan diatas kami mengambil simpulan bahwa angkatan balai pustaka merupakan
tonggak awal bangkitnya kesussastraan
Indonesia dengan karyanya berupa prosa, puisi, roman, cerpen dan lain-lain.
3.2 Saran
Saran
sungguh sangat kami harapkan bagi para pembaca untuk kebaikan penulis dimasa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA
Rusli Marah. 2008. Siti Nurbaya. Jakarta;
Balai Pustaka .
www.wikipedia.com
Pradopo, Rachmat Djoko.
1995. Beberapa Teori Sastra, Metode
Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA