Senin, 08 Desember 2014

Resensi Film Alangkah Lucunya


Resensi Film Alangkah Lucunya

Ketika Halal dan Haram Berbalik

Judul Film       : Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Sutradara         : Deddy Mizwar
Pemain            : Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Raharjo, Jaja Miharja, Ratu Tika Bravani,Asrul Dahlan, Tio Pakusadewo

Deddy Mizwar, aktor kawakan yang kini lebih senang berkontribusi dibelakang layar kembali mengebrak dunia perfilman Indonesia. Setelah sukses dengan Film Nagabonar, Nagabonar Jadi Dua, kini ia kembali menyuguhkan film Alangkah lucunya Negeri.
Bercerita tentang Muluk (Reza Rahardian) yang telah 2 tahun lulus sebagai Sarjana Management yang belum mendapatkan pekerjaan. Sampai akhirnya Muluk bertemu dengan Komet, seorang anak yang berprofesi sebagai pencopet. Setelah  melihat kehidupan mereka secara jelas akhirnya Muluk memutuskan untuk merubah cara hidup mereka dan menjadikannya suatu pekerjaan yang menjanjikan.
Langkah awal Muluk memberikan pendidikan yang dibantu oleh samsul (Asrul Dahlan) Sarjana Pendidikan yang dipecat oleh sekolah tempat ia bekerja dan ...... bermain kartu dengan pengangguran kampung lainnya. Kedua , Muluk meminta Pipit (Ratu Bravani) anak pak haji yang gemar mengikuti kuis TV dari pada mencari pekerjaan sebagai guru mengaji.
Mereka bertiga berhasil membuat para pencopet itu pintar, berjiwa patriotisme, hafal Pancasila dan juga bisa sholat dan mengaji. Namun masalah kembali menghampiri tekad mereka. Kedatangan Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk mengubah persepsi mereka. Pertanyaan halal dan haram menghentikan semua.
Film ini menempatkan persoalan halal-haram ini tidak di ruang kosong, tapi dalam sebuah konteks. Dan dengan berani film ini ditutup oleh pertanyaan. Dengan berani, akhir film bukanlah kesimpulan yang menyenangkan atau membuai. Dengan berani film ini tidak berhenti pada harapan kosong.
Inilah Resensi Film Alangkah Lucunya

Resensi Novel Pudarnya Pesona Cleopatra


Resensi Novel Pudarnya Pesona Cleopatra

Bukan Kulit Yang Lembut Tapi Hati


Judul Buku      : Pudarnya Pesona Cleopatra
Penulis             : Habiburrahman Al Shirazy
Penerbit           : Basmala Press, Semarang Indonesia
Tahun Terbit    : 2004
Tebal              : 172 Halaman

Banyak orang percaya kekuatan cinta dapat mengubah kehidupan manusia. Dapat mengubah seseorang yang tadinya pemurung jadi pengembira, mengubah pemalas menjadi rajin, bahkan cinta bisa membuat orang menjadi benci. Itu juga yang digambarkan Habiburrahman El Shirazy dalam novelnya berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra. Ketika cinta yang tidak pernah dirasakan kepada seorang wanita shaleha, namun dengan berjalanya waktu akhirnya rasa cinta itu menyelinap didalam hatinya. Tapi apa daya ketika merasakan cinta yang timbul dalam hati tersebut tidak bisa di ungkapkan karena wanita tersebut telah tiada.
Adalah “Aku” seorang anak merelakan impiannya demi bakti kepada orang tua yang dipaksa menikahi Raihana seorang wanita shaleha, ”aku” digambarkan sebagai sosok laki-laki yang tergila-gila dengan citra gadis Mesir titisan Cleopatra. Sementara Raihana gadis cantik, ramah, halus budi pekerti, penyabar, berjilbab dan hapal Al-Qur’an.
Habiburrahman mencoba meramu konflik ideologi yang umunya terjadi dirumahnya dengan segala cobaan, rintangan yang dihadapi dalam mengharapkan tumbuhnya rasa cinta, dua insan yang berbeda latar belakang. Sebagai seorang pemuda yang penuh dengan impian dan harapan yang sangat tinggi.
Keunggulan dari novel ini adalah kita dapat memahami, mengerti, mengetahui arti cinta sesungguhnya, yaitu tidak melihat luarnya saja tapi lihatlah hatinya.Sayangnya di novel Pudarnya Pesona Cleopatra ini kurang menyajikan penggambaran yang bersifat naratif atau deskriptif. Gaya penulisannya menjadikan konflik yang ada dalam Pudarnya Pesona Cleopatra ini tergarap dengan baik.            

Begitulah Resensi Novel Pudarnya Pesona Cleopatra

Rabu, 03 Desember 2014

ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


Diajukan Untuk Memenuhi  Tugas
Mata Kuliah Sejarah Sastra


    KELOMPOK 1

1.      ADE TATANG
2.      EMMIE APRIANI
3.      IMA SITI NURMA SUMAH
4.      IMAM BUDIYANSYAH
5.      KURNIAWAN
6.      RENDRA MUSTAFA

   
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS GALUH
Jalan R. E Martadinata nomor 150 Tlp/fax (0265)776787

 
CIAMIS 46251




KATA PENGANTAR
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


Segala puji hanya miliki Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat sehingga diantara nikmat-Nya tersebut penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Sastra.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1.      Siti Khatidjah sebagai Dosen Sejarah Sastra yang telah memberikan bimbingannya
2.      Drs. Teti Gumiarti, M.Pd.,selaku Dosen Wali yang selalu memberikan semangat untuk menuntut ilmu
3.      Orang tua yang telah memberikan dorongan moril maupun materi sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan wawasan dan waktu. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.



Ciamis, Maret 
Penulis


 ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1  Latar Belakang............................................................................... 1
1.2  Tujuan Penulisan............................................................................. 1
1.3  Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.4 Sistematika Penulisan..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1 Angkatan Balai Pustaka................................................................. 3
2.2 Ciri-Ciri Angkatan Balai Pustaka................................................... 5
2.3 Tokoh  dan Karya Angkatan Balai Pustaka................................... 6
2.4 Resensi Novel Sitti Nurbaya ......................................................... 7
BAB III SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 11
3.1 Simpulan......................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
 
 



BAB I
PENDAHULUAN

ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


1.1  Latar Belakang
Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Jadi dengan adanya hal tersebut layaklah kita sebagai rakyat Indonesia mengetahui apa sebenarnya yang disebut dengan angkatan Balai Pustaka.

1.2  Tujuan Penulisan
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra.
2.Untuk menganalisis angkatan sastra Balai Pustaka.

1.3  Rumusan Masalah
1.Pengertian angkatan sasatra Balai Pustaka
2.Tokoh angkatan sastra Balai Pustaka
3. Resensi novel Sitti Nurbaya

1.4 Sistematika Penulisan
·         BAB I Pendahuluan
Bab ini merupakan alasan dan tujuan pembuatan makalah yang berjudul “Angkatan Sastra Balai Pustaka”.
·         BAB II Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang apa sebenarnya angkatan sastra Balai pustaka itu dan resensi novel Sitti Nurbaya.
·         BAB III Simpulan dan Saran
Bab ini memaparkan simpulan dari isi makalah dan berbagai saran dari pembaca. 


BAB II
PEMBAHASAN
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


2.1 Angkatan Balai Pustaka
Balai Pustaka (Ejaan Van Ophuijsen Balai Poestaka, bahasa Jawa ejaan lama Balé Poestaka) adalah sebuah perusahaan penerbitan Indonesia. Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Volkslectuur (bahasa Belanda "Komisi untuk Bacaan Rakyat") oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 14 september1908. Commissie voor de Volkslectuur kemudian berubah menjadi "Balai Poestaka" pada 22 September 1917. Balai Pustaka menerbitkan sekitar 350 judul buku per tahun yang meliputi kamus, referensi, buku keterampilan, sastra, sosial, politik, agama, ekonomi, dan penyuluhan. Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Balai Pustaka tetap eksis namun menggunakan nama lain, yaitu Gunseikanbu Kokumin Tosyokyoku (軍政監部国民図書局 ?). Nama ini artinya kurang lebih adalah "Biro Pustaka Rakyat, Pemerintah Militer Jepang" dan merupakan terjemahan dari nama Belanda Commissie voor de Volkslectuur.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalambahasa Bali, bahasa batak dan bahasa Madura.
Nur sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minamgkabau sebagai titik pusatnya.
Tujuan didirikannya Balai Pustaka juga untuk mengembangkan bahasa bahasa daerah utama di Hindia-Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu dan bahasa Madura. Ada visi alternatif yang menyebutkan bahwa pendiriannya kala itu konon untuk mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa Indonesia yang hanya bisa disalurkan lewat karya-karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda bermunculan di koran-koran daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan utama untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan menyalurkan nya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda di Indonesia. Tujuan lain yang dilakukan oleh Komisi Bacaan Rakyat (KBR) yaitu menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini juga bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.
Tidak semua usaha yang dilakukan oleh (BKR) negatif. usaha usaha yang positif antara lain: mengadakan perpustakaan di tiap-tiap sekolah, mengadakan peminjaman buku-buku dengan tarif murah secara teratur, memberikan bantuan kepada usaha-usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan, menerbitkan majalah-majalah Sari Pustaka dan Panji Pustaka dalam bahasa Melayu Kejawen dalam bahasa Jawa, dan majalah Parahiangan dalam bahasa Sunda.
Langkah maju yang dilakukan KBR, yang telah berhasil sebagai pencetak, penerbit, dan penjual majalah, adalah mengubah KBR menjadi Yayasan Resmi Balai Pustaka pada tahun 1917.
Salah satu novel dalam bahasa Melayu terbitan Balai Pustaka kala itu yang ternama berjudul Siti Noerbaja karangan Marah Roesli, seorang penulis dari Minangkabau.Di era itu juga menjadi penanda penyebaran sastra Jawa Modern. Jumlah buku berbahasa Jawa lebih banyak dibandingkan yang berbahasa Melayu. Dari penelusuran George Quinn, pada katalog Balai Pustaka di 1920, ada 40 buku berbahasa Madura, 80 judul berbahasa Melayu, hampir 100 buku berbahasa Sunda, dan hampir 200 berbahasa Jawa. Di tahun ini pula lahir novel Serat Rijanto karangan Raden Bagoes Soelardi yang menjadi tonggak sastra Jawa modern.

2.2 Ciri-Ciri Angkatan Balai Pustaka
Terdapat beberapa karakteristik dalam karya sastra angkatan Balai Pustaka yang dipisahkan dalam dua sudut pandang, yaitu;
Dilihat dalam stuktur estetik:
1.      Gayya bahasa menggunakan perumpamaan klise, pepatah, dan peribahasa.
2.      Alur roman sebagian besar alur lurus, tetapi ada juga yang menggunakan alur sorot balik.
3.      Teknik penokohan dan perwatakannya banyak dipergunakan analisis langsung (direct authot analisis) dan descripsi pisik, tokohnya berwatak datar.
4.      Pusat pengisahannya pada umumnya mempergunakan metode orang ketiga yang bersifat romantic ironic.
5.      Banyak digresi yaitu banyak sisipan peristiwa yang tidak langsung seperti uraian adat, dongeng dan syair.
6.      Bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya.
7.      Bercorak romantic.
Dilihat dari ekstra estetik:
1.      Bermasalah adat, terutama masalah adat kawin paksa dan permaduan.
2.      Pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda.
3.      Latar cerita pada umumnya, latar daerah, pedesaan, dan kehidupan daerah.
4.      Cerita bermain di zaman sekarang bukan ditempat dan zaman antah berantah.
5.      Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan.

2.3 Tokoh  dan Karya Angkatan Balai Pustaka
Terdapat beberapa sastrawan yang tergolongkan dalan sasatrawan angakatan Balai Pustaka, yaitu:
  • Merari Siregar
·         Azab dan Sengsara(1920)
·         Binasa kerna Gadis Priangan(1931)
·         Cinta dan Hawa Nafsu
  • Marah Roesli
·         Siti Nurbaya(1922)
·         La Hami (1924)
·         Anak dan Kemenakan(1956)
  • Muhammad Yamin
·         Tanah Air(1922)
·         Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
·         Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
·         Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
  • Nur Sutan Iskandar
    • Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
·         Cinta yang Membawa Maut(1926)
·         Salah Pilih(1928)
·         Karena Mentua(1932)
·         Tuba Dibalas dengan Susu(1933)
·         Hulubalang Raja (1934)
·         Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
  • Tulis Sutan Sati
·         Tak Disangka(1923)
·         Sengsara Membawa Nikmat (1928)
·         Tak Membalas Guna(1932)
·         Memutuskan Pertalian(1932)
  • Djamaluddin Adinegoro
·         Darah Muda (1927)
·         Asmara Jaya(1928)
  • Abas Soetan Pamoentjak
·         Pertemuan(1927)
  • Abdul Muis
·         Salah Asuhan (1928)
·         Pertemuan Djodoh(1933)
  • Aman Datuk Madjoindo
·         Menebus Dosa(1932)
·         Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
·         Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

2.4 Resensi Novel Sitti Nurbaya
2.4.1 Identitas Buku.
Buku ini diterbitkan pada tahun 1922 oleh balai pustaka. Buku yang berjudul Sitti Nurbaya ini berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman diantara roman-roman lain yang dianggap sebagai puncak roman di dalam sastra Indonesia modern. Penilaian itu tidak didasarkan pada temanya, tetapi berdasarkan pada pemakaian bahasa melayu. Oleh karena itu, orang melayu lebih mudah membaca dan segera mengerti isinya. Karena terkenalnya, sampai-sampai zaman itu dinamai zaman Si ti Nurbaya.Pada masa itu di anggap sebagai hak-hak asasi manusia.

2.4.2 Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sitti Nurbaya karangan Marah Roesli, yaitu:
·         Pelaku utama dalam novel Siti Nurbaya adalah Siti Nurbaya, Samsulbahri ,dan Datuk Maringgih.
·         Novel ini bertemakan Sosial, moral, dan egois.
·         Alurnya bersifat alur maju.
·         Seting pada novel ini adalah di kota Padang.
·         Amanat yang terkandung dari novel ini adalah supaya kita tidak terlalu dikuasai oleh perasaan dengan tidak menggunakan akal pikiran sehat karena akan mengakibatkan hilangnya kepribadian yang ada pada diri kita.

2.4.3 Sinopsis Novel
Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik dari penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat di sayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang sangat terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seirang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Pada mulanya usaha perdagangan baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih, maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik baginda Sulaiman, dia jatuh miskin dan tak mampu lagi membayar semua hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih dan inilah saat yang dinanti-nantikannya, Datuk Maringgih mendesak baginda Sulaiman yang sudah tidak berdaya untuk melunasi semua hutang-hutangnya.Boleh hutang itu di anggap lunas, asalkan baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, putrinya kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu, baginda Suliaman yang sudah tidak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain, selain uang yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seperti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika dia ingat Samsulbahri kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahanda dia mau mengorbankan dirinya dengan menerima pinangan Datuk Maringgih.
Samsulbahri yang berada di Jakarta mengetahui peristiwa yang telah terjadi di desanya, terlebih karena siti nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan nasib yang dialami keluarganya.
Pada suatu hari ketika samsulbahri dalam liburan kembali ke padang ia dapat bertemu empat mata dengan siti nurbaya yang telah resmi menjadi istri datuk maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh datuk maringgih sengga terjadi keributan, teriakan siti nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras.Baginda sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah samsulbahri yaitu sultan mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota padang, malu atas perbuatan anaknya sehingga samsulbahri harus pulang ke jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali kepada keluarganya di padang. Datuk maringgih juga tidak tinggal diam, karena siti nurbaya di usirnya.
Siti nurbaya mendengar bahwa kekasihnya di usir orangtuanya, timbul niatnya untuk menyusul samsulbahri ke Jakarta, tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tangan datuk maringgih, karena itu dengan siasat dan fitnahnya, datuk maringgih dan kaki tangannya dapat memaksa siti nurbaya kembali dengan perantaraan polisi. Tak lama kemudian siti nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang diberikan kaki tangan datuk maringgih. Kematian siti nurbaya terdengar oleh samsul bahri, sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tidak meninggal ,sejak saat itu samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan sering terjadi huru-hara di kota padang akibat ulah datuk maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat letnan telah dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas, segera menyerbu kota padang. Ketika bertemu dengan datuk maringgih dalam satu keributan, tanpa berfikir panjang samsulbahri langsung menembaknya.Datuk maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri alias letnan mas segera dilarikan ke rumah sakit, pada saat menjelang ajalnya ia meminta dipertemukan dengan ayahnya. Akan tetapi ajal lebih dahulu merenggut sebelum samsulbahri bertemu dengan orang tuanya.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


3.1 Simpulan
Dari bahasan diatas kami mengambil simpulan bahwa angkatan balai pustaka merupakan tonggak awal bangkitnya  kesussastraan Indonesia dengan karyanya berupa prosa, puisi, roman, cerpen dan lain-lain.

3.2 Saran
Saran sungguh sangat kami harapkan bagi para pembaca untuk kebaikan penulis dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA


Rusli Marah. 2008. Siti Nurbaya. Jakarta; Balai Pustaka .

www.wikipedia.com

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ANGKATAN SASTRA BALAI PUSTAKA