Rabu, 26 November 2014

Apresiasi Puisi Prito Windiarto


Apresiasi Puisi Prito Windiarto


oleh : Emmie Apriani

Puisi adalah curahan jiwa yang dirangkai melalui kata-kata indah. Pengertian itulah yang melekat pada orang awam kebanyakan. Herman J. Waluyo pada Teori dan Apresiasi Puisi (1987: 25) pun menyatakan “puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood”. Sehingga tak heran ketika seorang penyair pada satu waktu menulis puisi bertemakan cinta, waktu yang lain tentang ketuhanan, yang selanjutnya bertemakan nasionalisme.
Chairil Anwar, penyair angkatan 45 yang identik dengan aliran realismenya dalam pembentukan sebuah puisi, ternyata mampu menyajikan sebuah puisi bertemakan cinta (dalam sudut pandang aliran romantik) yang identik dengan angkatan pujangga baru. Sehingga Chairil Anwar sempat disebut sebagai “kaum romantik yang terlambat” bersama Armijn Pane (pada prosa).
Prito Windiarto, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia universitas Galuh yang cenderung beraliran dalam kumpulan puisinya “Serpihan Kehidupan” yang dibagi menjadi tiga bagian tersebut menyajikan 3 tema sekaligus dalam satu kumpulan puisi; religi, kemanusiaan dan sosial. Puisi bertemakan religi,
JABAL UHUD
Membasahi darah
  mengalir deras

           Mayat bergelimang
  tumpang tindih

    Usus terurai
    hati tercabik
jantung tercongkel

Anyir menusuk
         namun kesturi tak kalah semerbak

 Mata melotot
         di sisi lain bibir senyum merekah

Inilah uhud
       saksi pertarungan
          saksi kekejian
         saksi kehinaan
    juga saksi kemuliaan
15/2/10
Kemanusiaan (cinta),

DATANGLAH LAGI NANTI
Sulur itu harus kupangkas
Kubabat
Walau sulit
Teramat sesak

Tapi aku harus bisa
Mengenyahkannya
Membiarkannya pergi
Lepas tandas

Aduhai ...
Kenapa ia terus membayang
Menelusup celah hati
Padahal setiap hari wujudnya terus berusaha
Aku delete, harus
Kenapa

Wahai diri istimewa
Pergilah engkau dariku
Bukan waktumu saat ini

Datanglah nanti di senja tampias
Saat temaram benar-benar genap
Saat aku benar-benar siap
Mengayuh biduk
Mengantarkanmu ke pulau harapan

Kembalilah dulu
Datanglah lagi nanti
Harapan menunggu

sosial,
NEGERI YANG DITANGISI BU PERTIWI
Kami hanya penonton
terciprat setitik
terpecik sekuku
      namun kenapa keluh

Kami hanya pengamat
tercolek ringan tersenggol sedikit
      namun kenapa kesah

Kami hanya komentar
yang biasanya berkoar ini-itu
sekedar itu, tak lebih

Ah ..

Kenapa kami tak acuh
Bukankah kita saudara
Kenapa tak ada rasa

Apakah karena diri sudah sedemikan
Individualis, egois?
Apakah?

Mari menanyakan pada nurani

Satu hal pasti
Erupsi merapi tahun ini menguak rahasia negeri
Negeri yang selalu di tangisi ibu pertiwi

Ciamis 05.11.10 12:30
Dikawani abu vulkanik
Merapi
(puisi sederhana ini kupersembahkan tuk saudaraku korban erupsi merapi keep spirit)


            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar